Jengkol Meroket Harganya Rp. 70.000 /kg

Jengkol Oh Jengkol hargamu setinggi langit hampir sama dengan daging, hahaha... Sebelum kita mengenal lebih jauh, kita harus tau apa itu JENGKOL.. Jengkol (Archidendron pauciflorum, sinonim: A. jiringa, Pithecellobium jiringa, dan P. lobatum) atau jering adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Bangsa Barat menyebutnya sebagai dog fruit. Bijinya digemari di Malaysia (disebut "jering"), Myanmar (disebut "da nyin thee'"), dan Thailand (disebut "luk-nieng" atau "luk neang").[1] Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bahan pangan.

Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae). Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, terutama bila dimakan segar sebagai lalap.

Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat.

LAGI jengkol bikin geger di pasaran lauk pauk. Bayangkan saja harga jengkol sekarang ini, di bulan puasa, mencapai Rp 70 ribu per kilogram. Ini sudah melewati angka harga normal, karena sebelumnya hanya berkisar Rp25 ribu s/d Rp30 ribu/ kg. Si jengkol ini juga melibas harga daging ayam, dan mungkin akan menyamai daging sapi?
Jadi jangan lagi meremehkan jengkol ya? Boleh saja, dulu orang sering bicara; “ Makan masih pakai ikan asin sama jengkol saja, belagu luh?”
Memang sejalan dengan perkembangan kuliner, makanan yang dibuat berbahan jengkol sudah menjadi favorit banyak orang. Lihat saja, di restoran, jengkol sudah hadir dengan berbagai varian, dari yang mentah dan muda untuk lalapan, dia juga hadir di meja makan dengan berbagai olahan, goreng, gulai, rendang, balado, semur dan keripik jengkol.
Siapa yang nggak kenal dengan nasi uduk atau ketupat Betawi dengan lauk semur jengkol?
Kalau boleh jujur awalnya yang doyan makanan ini hanyalah orang-orang-orang tertentu. Bukan karena murah harganya pada waktu itu, tapi karena makan dengan lalapapn jengkol memang bisa menambah napsu makan.
Belakangan, jengkol sudah terkenal. Orang juga baru tahu kalau jengkol ternyata mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. Diantaranya, obat stress, lambung, meremajakan kulit, menghilangkan nikotin bagi perokok dan sebagai obat stroke. Luat biasa!
Jadi kayaknya nggak usah lagi dihiraukan kalau ada yang ‘merendahkan’ bagi pengkonsumi jengkol ya. Karena, jengkol suda terangkat derajatnya.
Sekarang giliran pemerintah untuk memberi semangat dan menggerakan para petani untuk membudi-dayakan jengkol. Dimana ya? Tuh, di lahan hutan yang habis terbakar.

Daging Sapi Import Tidak Diminati Warga Purwakarta

Ternyata pada kenyataannya daging Sapi Import Sangat tidak dimintai di Kabupaten Purwakarta. Daging sapi impor di pasar tradisional sekitar Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, kurang diminati karena kebanyakan konsumen di daerah itu menginginkan daging sapi segar.

Hal itu diungkapkan oleh para pedagang daging saat Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto bersama Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengunjungi Pasar Leuwipanjang, Purwakarta, Kamis (23/6).
Daging Sapi Import


"Keterangan dari pedagang, daging yang mereka jual itu bukan daging sapi impor. Tapi daging sapi lokal," kata Novanto.

Hingga kini daging sapi impor masih belum masuk ke pasar sekitar Purwakarta, karena pedagang di daerah itu lebih memilih menjual daging sapi lokal dibandingkan daging sapi impor.

Di antara alasan pedagang di daerah itu tetap menjual daging sapi lokal, karena jika menjual daging sapi impor pembelinya sepi. Lagi pula, konsumen daging sapi kebanyakan penjual bakso atau sate maranggi.

"Para pedagang menyebutkan kalau daging impor itu tidak bisa diolah menjadi bakso dan sate. Jadi konsumen di Purwakarta memilih daging lokal yang segar," kata dia.

Saat ini harga daging sapi lokal di Purwakarta bervariasi, mulai dari Rp70 ribu hingga Rp110 ribu per kilogram.
Ia berharap harga daging sapi lokal tidak terus mengalami kenaikan, apalagi menjelang lebaran. Jika harganya terus melonjak, itu akan menyulitkan masyarakat.

"Kita berharap pemerintah terus berupaya menstabilkan harga daging serta harga kebutuhan pokok lainnya," kata dia.

Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang menemani Novanto selama mengunjungi pasar tradisional di sekitar Purwakarta, menilai pemerintah melakukan impor daging karena merasa terdesak atas kondisi kebutuhan daging.

Tetapi ia menyarankan agar impor tersebut bukan dagingnya, tetapi sapi utuh, sehingga tetap segar dagingnya meski harus dijual di dalam negeri.

"Lebih bagus lagi, yang diimpor itu berbentuk sapi bunting atau anak sapi, sehingga dipotongnya bisa dilakukan di dalam negeri untuk kemudian dibawa ke pasar," kata dia. (KR-MAK)