Pola
tanam untuk jati emas biasanya dilakukan secara monokultur dengan jarak tanam 2
x 2,5 m. Dalam satu hektar lahan bisa ditanam sebanyak 2.000 tanaman. Apabila
diterapkan pola tanam tumpang sari, dengan jarak tanam 3 x 6 m maka dalam satu
hektar bisa ditanam 555 pohon. Lubang tanam dibuat berukuran panjang, lebar dan
dalam Sebesar 60 cm. Sebelum bibit jati ditanam, sebaiknya
lahan dipersiapkan terlebih dahulu, dengan membersihkan dari rumput dan
belukar. Akan lebih baik apabila tanah diolah terlebih dahulu. Kalaupun tidak
diolah, maka areal tempat dibuat lubang harus bersih. Ukuran lubang adalah 40 x
40 x 40 cm atau kalau menginginkan lubang yang besar dapat dengan ukuran 50 x
50 x 50 cm, dengan jarak antar lubang tanam yaitu setidaknya 2 x 2 m (populasi
2500 tanaman/ha) atau akan lebih baik jika 3 x 3 m (populasi sekitar 1100
tanaman/ha). Jarak tanaman ini akan mempengaruhi proses penjarangan tanaman,
dimana semakin pendek jarak antar tanaman akan memerlukan penjarangan yang
lebih banyak, hal ini dalam kaitan pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif dan
generatifnya. Lubang tanam yang telah dibuat
kemudian diberi pupuk kandang dengan jumlah antara 5 – 10 kg/lubang. Apabila
pupuk kandang yang kita gunakan masih mentah, sebaiknya bibit jati jangan
langsung ditanam karena justru bisa mati. Pada saat
mau menanam, sebaiknya pada lubang tanam ditambahkan pupuk SP36 sebanyak 100 –
200 gr/lubang dan pupuk Urea 50 – 100 gr/lubang. Pupuk ini diaduk bersama
dengan pupuk kandang dan tanah yang ada di lubang, baru setelahnya bibit jati
dapat ditanam. Untuk lebih menjaga bibit jati dari serangan hama penyakit,
dapat ditaburkan pestisida karbufuran seperti furadan atau merk dagang lainnya.
Meskipun tanaman jati ini dapat tumbuh tanpa kita pupuk karena perakarannya
yang memungkinkan untuk mencari hara yang diperlukan, tetapi akan lebih baik
apabila setiap 6 bulan sekali selama minimal 3 tahun kita lakukan pemupukan dengan
NPK dengan dosis sekitar 150 – 200 gr per tanaman.Tanaman Jati Umur , 1 Tahun
Kebersihan
dari gulma seluas canopy harus dijaga dengan melakukan pendangiran 3 bulan dan
6 bulan setelah penanaman pada saat akan melakukan pemupukan.
Pruning,
pemangkasan tunas samping dilakukan sampai ketinggian 6 m dari permukaan tanah.
Perawatan lainnya adalah jangan biarkan banyak rumput di
sekitar pohon, minimal dalam radius 1 m dari batang pohon. Lakukan pruning pada
tunas yang tumbuh sampai ketinggian 4–5 m, sehingga pohon dapat tumbuh tinggi
dan tidak bercabang.
Perbanyakan
secara genaratif dilakukan dengan cara Fisika atau Kimia. Sebagai salah satu
perbanyakan tanaman secara Vegetatif, stek menjadi alternatif yang banyak
dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit
sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1988) mendefinisikan stek
sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar,
batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar.
Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan
sebagainya. Selain itu juga perbanyakannya juga dapat dilakukan dengan cara
Stumb.
Penjarangan dan penebangan dilakukan dengan
berbagai pertimbangan yang mungkin bisa dilakukan ini tergantung pada: Jarak
tanam; Kesuburan tanah; Perawatan;Pelaksanaan penjarangan sendiri didasarkan
atas beberapa pertimbangan antara lain: Pertimbangan ekonomis; Jumlah pohon
persatuan luas ideal; Penjarangan sistematik; Penjarangan seleksi rendah;
Penjarangan tajuk; Berkaitan dengan prinsip-prinsip penjarangan tersebut, maka
yang ideal adalah dilakukan dengan kaidah selemah mungkin akan tetapi sesering
mungkin. Sebab penjarangan yang terlalu keras akan menyebabkan ruang tumbuh
yang terlalu terbuka yang mengakibatkan tanaman menjadi lunglai, sedangkan
penjarangan yang telalu lemah menyebabkan menjadi kurang optimal
pertumbuhannya.